E. Tanda Hubung (-)
|
1.
|
Tanda hubung menyambung suku-suku
kata yang terpisah oleh pergantian baris.
|
|
Misalnya:
Di samping cara lama diterapkan juga ca-
ra
baru ....
Sebagaimana kata peribahasa, tak ada ga-
ding
yang takretak.
|
|
|
2.
|
Tanda hubung menyambung awalan
dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang
mendahuluinya pada pergantian baris.
|
|
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur
panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita me-
ngukur
kelapa.
Senjata ini merupakan sarana pertahan-
an
yang canggih.
|
|
|
3.
|
Tanda hubung digunakan untuk
menyambung unsur-unsur kata ulang.
|
|
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
|
|
|
4.
|
Tanda hubung digunakan untuk
menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
|
|
Misalnya:
8-4-2008
p-a-n-i-t-i-a
|
|
|
5.
|
Tanda hubung boleh dipakai untuk
memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b)
penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
|
|
Misalnya:
|
|
ber-evolusi
dua-puluh ribuan (20 x 1.000)
tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial (tanggung jawab
sosial dan kesetiakawanan sosial)
Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan
besok.
|
|||||||||||||
|
Bandingkan dengan:
be-revolusi
dua-puluh-ribuan (1 x 20.000)
tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
|
|||||||||||||
|
6.
|
Tanda hubung dipakai untuk
merangkai:
|
||||||||||||
|
Misalnya:
se-Indonesia
peringkat ke-2
tahun 1950-an
hari-H
sinar-X
mem-PHK-kan
ciptaan-Nya
atas rahmat-Mu
Bandara Sukarno-Hatta
alat pandang-dengar
|
|||||||||||||
|
7.
|
Tanda hubung dipakai untuk merangkai
unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
|
||||||||||||
|
Misalnya:
di-smash
di-mark-up
pen-tackle-an
|
F. Tanda Pisah (–)
|
1.
|
Tanda pisah dipakai untuk
membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun
utama kalimat.
|
|
Misalnya:
Kemerdekaan itu—hak segala bangsa—harus dipertahankan.
Keberhasilan itu–saya yakin–dapat dicapai kalau kita mau
berusaha keras.
|
|
|
2.
|
Tanda pisah dipakai untuk
menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
|
|
Misalnya:
Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini
juga pembelahan atom–telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia–amanat Sumpah
Pemuda–harus terus ditingkatkan.
|
|
|
3.
|
Tanda pisah dipakai di antara dua
bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.
|
|
Misalnya:
Tahun 1928–2008
Tanggal 5–10 April 2008
Jakarta–Bandung
|
|||||||
|
Catatan:
|
G. Tanda Tanya (?)
|
1.
|
Tanda tanya dipakai pada akhir
kalimat tanya.
|
|
Misalnya:
Kapan dia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
|
|
|
2.
|
Tanda tanya dipakai di dalam tanda
kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang
dapat dibuktikan kebenarannya.
|
|
Misalnya:
Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
|
H. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan
yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
Merdeka!
I. Tanda Elipsis (...)
|
1.
|
Tanda elipsis dipakai dalam
kalimat yang terputus-putus.
|
||||
|
Misalnya:
Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan.
Jika Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya
akan segera kami lakukan.
|
|||||
|
2.
|
Tanda elipsis dipakai untuk
menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
|
||||
|
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih sangat terbatas.
|
|||||
|
Catatan:
|
|
J. Tanda Petik (" ")
|
1.
|
Tanda petik dipakai untuk mengapit
petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis
lain.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
|
Misalnya:
Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah
bahasa Indonesia. "
Ibu berkata, "Paman berangkat besok pagi. "
"Saya belum siap," kata dia, "tunggu
sebentar!"
|
||||||||||||||||||||||||||||||
|
2.
|
Tanda petik dipakai untuk mengapit
judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
|
Misalnya:
Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku
itu.
Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap
Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat
Madani.
Bacalah "Penggunaan Tanda Baca" dalam buku Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
"Makalah "Pembentukan
Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.
|
||||||||||||||||||||||||||||||
|
3.
|
Tanda petik dipakai untuk mengapit
istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
|
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan
ralat" saja.
Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal
dengan nama "cutbrai".
|
||||||||||||||||||||||||||||||
|
Catatan:
|
K. Tanda Petik Tunggal (' ')
|
1.
|
Tanda petik tunggal dipakai untuk
mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
|
||||||||
|
Misalnya:
Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku,
'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
|
|||||||||
|
2.
|
Tanda petik tunggal dipakai untuk
mengapit makna kata atau ungkapan.
|
||||||||
|
Misalnya:
|
|||||||||
|
3.
|
Tanda petik tunggal dipakai untuk
mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing (Lihat
pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M)
|
||||||||
|
Misalnya:
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar